Surga adalah impian setiap insan yang beriman kepada Allah dan hari akhir. Surga adalah dambaan setiap hamba yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Bahkan orang-orang kafir pun mendambakan surga. Semuanya mendambakan surga tanpa terkecuali. Bagaimana tidak, surga adalah tempat yang penuh kenikmatan. Tidak ada rasa capek atau letih disana. Tidak ada malam. Tidak ada tidur. Tidak ada kematian. Semuanya bersenang-senang.

Bidadari Surga


Surga adalah tempat yang sangat luas, seluas langit dan bumi. Banyak sekali kebun-kebun yang indah. Sungai-sungai yang mengalir. Istana-istana yang megah. Tidak ada yang miskin, semuanya berkecukupan. Tidak ada yang jelek rupa, semuanya tampan dan cantik. Tidak ada yang pendek, semuanya tinggi seperti Nabi Adam*. Tidak ada yang merasa kesepian. Semuanya hidup berpasang-pasang.

Bila ingin minum, langsung tersedia sesuai keinginan. Bila ingin makan, langsung tersedia sesuai keinginan. Tidak ada rasa haus dahaga, tidak pula rasa lapar melilit. Semuanya makan dan minum dengan penuh kepuasan dan kenikmatan. Tidak ada buang hajat. Semuanya keluar dari keringat yang harum semerbak.

Dilengkapi dengan pelayan-pelayan yang sangat indah dan menawan. Tak kalah pula bidadari yang cantik jelita. Jika seandainya mereka menampakkan ujung kepalanya kepada penduduk bumi, niscaya mereka semua akan mati karena kagum. Bidadari yang sangat setia dengan pasangannya. Tidak pernah menggerakkan pandangan kepada siapapun kecuali kepada pasangannya.

Sungguh kecantikan yang tidak bisa ditandingi wanita manapun. Tak heran, semua berlomba untuk bisa mendapatkan surga. Tak heran, semua berupaya untuk bisa mendapatkan tempat tinggal di surga. Sejuta cara beribu upaya dikerahkan untuk bisa mencapai tempat tinggal yang mapan ini.

Sangat disayangkan, ternyata tidak semua yang berusaha bisa mendapatkannya. Tidak semua yang berupaya bisa menggapainya. Tidak semudah yang dibayangkan. Tidak semudah yang direncanakan. Butuh perjuangan yang keras untuk bisa mendapatkannya. Butuh kegigihan untuk bisa menggapainya. Butuh kesabaran untuk bisa tinggal di dalamnya.

Peluh keringat, ratap tangis, darah, harta, nyawa semuanya adalah taruhannya. Bukan sekadar impian. Bukan sekadar angan-angan. Bukan sekadar hasrat. Butuh pengorbanan. Butuh semangat yang membara. Butuh mental yang membaja. Butuh tekad kuat untuk bisa menggapainya.

Walhamdulillah, segala puji syukur kita panjatkan hanya kepada Allah semata. Allah telah menunjukkan kepada kita jalan menuju surga-Nya. Kitab suci diturunkan sebagai penerang di tengah-tengah gelapnya kesesatan. Para Rasul diutus sebagai pembimbing. Amal-amal saleh dijelaskan sebagai bekal untuk menuju negeri abadi.

Tidak ada satupun jalan menuju kepada surga melainkan telah jelas dan terang. 
 
Diriwayatkan oleh Abu Bakar Muhammad bin Abdullah Asy Syafi'i dalam kitabnya Al Ghailaaniyyaat, beliau menyebutkan sanad sampai Imam Tsabit Al Bunaany semoga Allah merahmatinya, beliau berkata,

"Suatu hari, aku bermajelis dengan Shahabat Anas bin Malik. Tiba-tiba putra beliau datang dari medan tempur, dia disebut dengan nama kunyah Abu Bakar. Shahabat Anas bertanya tentang kondisinya. Dia pun berkata, "Maukah aku ceritakan kisah temanku sewaktu di medan tempur?"

"Ketika itu kami berjalan di tengah-tengah pasukan, tiba-tiba dia melompat sambil berteriak. Kami bergegas menemuinya. Kami mengira ada serangan yang menimpanya. Kami bertanya, "Ada apa denganmu?" Dia pun bercerita, "Dulu aku pernah berkata kepada diriku sendiri, aku tidak akan menikah sampai aku mati syahid. Aku berharap bisa mempersunting seorang bidadari."

"Tak kunjung aku mendapatkan syahid, aku berkata dalam perjalananku ini, jika aku selamat bisa kembali pulang, aku akan menikah. Tapi tadi aku tertidur, tiba-tiba dalam mimpiku ada seseorang yang datang dan berkata kepadaku, "Apakah kamu yang bilang, bila aku bisa kembali pulang, aku akan menikah? Bangkitlah sungguh Allah telah menikahkan engkau dengan Al 'Ainaa (bermata indah)!"

"Kemudian dia membawaku ke sebuah padang rumput hijau dan rimbun. Padanya ada sepuluh gadis. Masing-masing membawa kerajinan yang dibuat. Aku tidak pernah melihat wanita secantik mereka. Aku bertanya, "Apakah di antara kalian adalah Al 'Ainaa?" Mereka menjawab, "Tidak, kami hanya pelayannya saja. Dia ada di depanmu. Majulah lagi."

"Aku pun melanjutkan perjalanan. Ternyata aku melihat padang rumput yang lebih hijau dan lebih rimbun daripada yang sebelumnya. Padanya ada dua puluh gadis. Masing-masing membawa kerajinan yang dibuat. Kecantikan sepuluh gadis sebelumnya tidak setara dengan kecantikan dua puluh gadis ini. Aku pun bertanya, "Apakah di antara kalian ada Al 'Ainaa?" Mereka menjawab, "Tidak, kami hanya pelayannya saja. Dia di depanmu majulah lagi."

"Aku pun berjalan lagi. Tiba-tiba aku melihat padang rumput yang lebih hijau dari yang pertama dan kedua. Padanya ada empat puluh gadis. Nasing-masing membawa kerajinan yang dibuat. Kecantikan sepuluh gadis pertama dengan dua puluh gadis kedua tidak bisa menandingi kecantikan empat puluh gadis disini. Aku bertanya, "Apakah di antara kalian ada Al 'Ainaa?" Mereka menjawab, "Tidak, kami hanya pelayannya saja. Dia ada di depanmu. Majulah lagi."

Aku pun berjalan lagi, tiba-tiba aku melihat batu mulia yang berongga. Di dalamnya ada ranjang dan duduk di atasnya seorang wanita. Ada tempat kosong di sampingnya. Akupun bertanya, "Engkau Al 'Ainaa?" Dia menjawab, "Ya, selamat datang." Aku pun maju, ketika aku menjulurkan tanganku untuk menyentuhnya, tiba-tiba dia berkata, "Jangan, engkau masih memiliki Ruh. Tapi jangan khawatir engkau akan berbuka dengan kami malam ini." Aku pun terbangun."

Persis setelah lelaki ini berkisah, datanglah seseorang kemudian menyerukan, "Wahai pasukan Allah berangkatlah!" Kami pun berangkat dan bertemu dengan musuh. Aku terus memperhatikan lelaki tadi sambil melihat matahari dan aku terus mengingat kisahnya. Aku tidak tahu ketika matahari itu tenggelam mana yang lebih dahulu, apakah matahari yang duluan tenggelam ataukah kepalanya yang terpenggal duluan."

Subhanallah, Allahu Akbar demikianlah perjuangan lelaki ini untuk menggapai kenikmatan surga. Walaupun kepala menjadi taruhannya sama sekali dia tidak ragu untuk melakukannya. Walaupun nyawa menjadi korbannya dia tidak ragu mempersembahkannya.

Ya Allah, Wahai Raja Alam Semesta. Ya Allah, wahai Dzat yang mengampuni dosa. Ya Allah, wahai Dzat Yang Maha Mengasihi lagi Menyayangi. Ya Allah, Wahai Dzat yang Maha Perkasa, teguhkanlah kami diatas agama-Mu. Jadikanlah surga tempat tinggal kami. Jadikanlah bidadari pasangan kami.

Jauhkan kami dari segala siksa-Mu, hanya kepada-Mulah kami memohon. Hanya kepada-Mulah kami meminta. Sesungguhnya Engkau sebaik-baik yang mengabulkan doa.

Sumber = 
 
1. Disadur dari kitab Karaamatul Auliyaa' Oleh Ustadz Abu Amr As Sidawy
2. Majalah Qudwah edisi 64/Vol06 hal.32
3.Atsar.ID

Allahu a'lam

Note : 
* Tinggi Nabi Adam sekitar 60 hasta atau 18 meter kurang lebih.